Tuesday, 2 December 2014

NAMA: IFFA SAFIAH BT ISMAIL
NIM: 11242205078
JUDUL: RESISTENCE
MATA KULIAH: PSIKOTERAPI
DOSEN: M.FAHLI
A.    Pengertian.
Definisi resistensi yaitu perlawanan atau rintangan. Semua kekuatan di dalam pasien yang melawan prosedur-perosedur dan proses-proses analisis, yakni yang menghalangi asosiansi bebas pasien, yang mengganggu usaha-usaha pasien mengingat dan memperoleh serta mengasimilasikan pemahaman, yang beroperasi melawan egorasional pasien dan hasratnya untuk berubah disebut resistensi (Frued, 1900:517)
Resistensi mungkin sadar, prasadar, atau tak sadar dan mungkin juga diungkapkan melalui emosi-emosi, siapa-siapa, pikaran-pikiran, impuls-imuls, fantasi-fantasi, dan pada hakikatkan merupakan kontra-kekuatan dalam pasien(pesakit), yang beroperasi melawan kemajuan analisis,analis, prosedur-prosedur, dan proses-proses analitik. Freud mengakui pentingnya resistensi ketika pada tahun 1912 a menyatakan hal berikut:-
“resistensi menyertai perawatan secara perlahan-lahan. Setiap asosiasi, setiap tindakan orang yang berada dalam perawatan harus berhadapan dengan resistensi dan erupakan konpromi antara kekuatan-kekuatan yang berjuang kearah penyembuhan dan kekuatan –kekuatan yang melawannya”(frued,1912a:103)
B.     Penampilan klinis Resistensi.
Berkenaan dengan pasien yang memderita neurosis, resistensi-resistensi menjalankan fungsi defensif. Resistensi-resistensi melawan efektivitas prosedur-prosedur analitik dan mempertahankan status Quo pasien. Resistensi-resistensi mempertahankan neurosis dan melawan ego pasien yang rasional dan situasi analitik. Karena semau aspek kehidupan mental dapat melaksanakan fungsi defensif, maka aspek-aspek tersebut dapat digunakn untuk tujuan-tujuan resistensi. Manifestasi-manifestasi resistensi ada bermacam-macam dan dari contoh-contoh klinis dapat dikemukakan beberapa desistensi yang akan dijelaskan dalam uraian berikut:-
·         Pasien berdiam diri: Resistensi ini sangat jelas dan sering ditemukan dalam praktek psikoanalitik. Pada umumnya,  resistensi dengan cara berdiam diri berarti pasien entah secara sedar atau tidak sadar, tidak mau mengemukakan pikiran-pikiran atau peraasaan-perasaanya kepada analis. Pasien mungkin menyadari ketidakmauannya itu atau ia mungkin hanya merasa bahwa pikirannya kosong. Dalam kedua hal tersebut, analis harus menganalisis alasan-alasan pasien berdiam diri. Analisis membongkar motif-motif perlawanan terhadap asosiasi bebas sebagai prosedur analitik dengan mengataka sesuatu, misalnya”apa yang menyenbabkan anda melarikan diri dari analisis pada saat ini?”atau, analis membuntuti perasaannya mengenai “pikiran kosong” dengan berkata, “apa yang menyebabkan pikiran anda kosong?” atau,”anda berubah dari seseorang menjadi bukan diri siapa-siapa, dan mengapa demikian?”pendekan analisis disini bertolak dari asumsi bahwa pikiran kosong hanya terjadi pada waktu orang tidur nyenyak, jika tidak, kekosongan pikiran tersebut disebabkan oleh resistensi.
Berdiam diri dapat juga mengandung makna-makna lain . misalnya, berdiam diri memerankan penting (Greenson, 1961:kahn,1963b) keadaan diam mungking menggambarkan reaksi pasien terhadap peristiwa adegan primal. Istilah ini dipakai Frued Untuk menjelaskan tentang pengalaman anak atau berfantasi melihat orang tuanya melakukan persetubuhan (untuk pembicaraan kasus ini, lihat Gardner, 1971). Dalam status demikian, berdiam diri tidak hanya suatu resistensi, tetapi isi dari suatu hal hidup kembali.
·         Pasien tidak igin berbicara: sikap ini merupakan variasi dari sikap sebelumnya.dalam hal ini pasien sesungguhnya tidak diam, tetapi sadar bahwa ia tidak ingin berbicara atau tidak memiliki sesuatu untuk dibicarakan. Keadaan “tidak ingin berbicara”disebabkan oleh sesuatu hal (ada penyebabnya)dan tugas analisis adalah membantu pasien untuk mencari sebab tersebut.
·         Pengaruh resistensi: pasien mengadakan komunikasi secara verbal, tetapi tidak ada pengaruh. Ini sangat penting bila tidak adanya pengaruh menyangkut peristiwa-peristiwa yang seharusnya disertai emosi yang hebat. Ketidaktepatan pengaruh yang merupakan tanda yang sangat mencolok dari adanya resistensi.
·         Sikap badan pasien (bahasa tubuh) : sikap tegang, kaku, atau melekuk dapat menunjukkan sikap defensif. Jika seseorang bebas dari resistensi, sikap tubuhnya agak berubah selam analisis. Gerakan yang berlebihan juga menunjukkan bahwa ada sesuatu yang dilepaskan dengan gerakan itu, bukan  lewat kata-kata. Pasien berbicara lemah lembut tentang sesuatu peristiwa, sementara badannya meliuk-liuk dan menggeliat-liat hanya menceritakan fragmen dari suatu cerita. Gerakan-gerakan  tersebut menunjukkkan bahwa ia sedang menceritakan bahgian lain dari peristiwa itu. Tangan mengepal, lengan menyilang dengan kuat pada dada,pergelangan kaki saling terkunci adalah petunjuk bahwa pasien sedang menahan atau menyembunyikan sesuatu.
·         Penetapan pada waktu: apabila pasien tidak berubah dan terus menerus berbicara mengenai masa lampau tanpa diselangi sesuatu dari masa kini, atau sebaliknya, maka suatu resistensi sedang berjalan
·         Masalah sepele atau peristiwa-peristiwa eksternal: apabila isi pembicaraan diulang-ulang, tidak diperluas, dan tanpa pengaruh atau memperdalam pemahaman, maka analisis harus menduga bahwa resistensi sdang berjalan. Demikian juga halnya dengan berbicara mengenai peristiwa-peristiwa eksternal, meskipun peristiwa itu berbobot politik.
·         Menghindari pokok pembicaraan: pasien dapat berbicara banyak, tetapi masih mengatur dengan hati-hati untuk tidak mengemukan aspek-aspek tertentu dari implus-implus seksual atau agresif dan beberapa perasaannya kepada analis. 
·         Rigiditas: ada pasien yang mengumpulkan informasi menarik untuk disiapkan bagi jam analitik. Pada umumnya selalu datang terlambat atau datang tepa waktunya ke jam analitik merupakan fakta adanya rigiditas yang menunjukkan ada sesuatu yang selalu dikendalikan atau dihindari.
·         Bahasa penghindaran: yaitu menunjukkan suatu penghindaran diri dari khayalan yang hidup dan membangkitkan ingatan dari bahasa yang digunakan seseorang. Misalnya pasien berkata “saya bermusuhan”bila dimaksudkannya adalah “saya sangat marah” juga menghindari kahayalan dan sensasi-sensasi kemaahan yang muncul dalam pikiran pasien.



No comments:

Post a Comment